Minggu, 22 Desember 2013

Ibu dan Alkisahku





Bahwa, di rahimmu alkisahku bermula. Jauh sebelum itu, aku tak memiliki nama. Aku adalah ruh yang dihembuskan Cinta, dari jagat yang tak berawal dan tak berakhir. Pintu kedatangan dan kepulangannya tak akan pernah ku ketahui. Tetapi, aku selalu tahu  jalan pulang di dunia. Ke rumah ibu.


Ibu adalah kekuatan dan kelemahan. Kekuatanku menemukan keajaiban-keajaiban kehidupan. Kelemahanku  ada di bayang-bayang  wajahnya yang muram. Di hatinya ada upacara-upacara kesakralan kehidupan, yang mengubah segala menjadi do’a.


Duhai Ibu..!


Kau adalah puncak-puncak kedamaianku yang sahaja. Di belantara hidup yang memagut-magut kegelisahan, aku mencari-cari wajahmu menjadi pusat-pusat ketenangan. Aku tak pernah ragu,  kasih sayangmu bukanlah bayang-bayang.


Padamu aku menyandarkan keletihan, atas porak porandanya perasaan. Dalam beratnya beban, aku diam. Tetapi, di raut wajahku, engkau mampu menyelam. Di pelukmu ingin aku membenam. Aku tak mampu   melepas tangisan.  Telah tunai sudah dahulu kala dalam buaian. Kini,  aku harus menerjang rintangan sendirian. Aku hanya ingin menatapmu, Ibu.   Teduh wajahmu  cukup  sudah  memberiku   kekuatan.


(2013)