Bahwa, di rahimmu alkisahku bermula. Jauh sebelum itu, aku tak memiliki nama. Aku adalah ruh yang
dihembuskan Cinta, dari jagat yang tak berawal dan tak berakhir. Pintu
kedatangan dan kepulangannya tak akan pernah ku ketahui. Tetapi, aku
selalu tahu jalan pulang di dunia. Ke rumah ibu.
Ibu adalah kekuatan dan kelemahan. Kekuatanku
menemukan keajaiban-keajaiban kehidupan. Kelemahanku ada di
bayang-bayang wajahnya yang muram. Di hatinya ada upacara-upacara
kesakralan kehidupan, yang mengubah segala menjadi do’a.
Duhai Ibu..!
Kau adalah puncak-puncak kedamaianku yang
sahaja. Di belantara hidup yang memagut-magut kegelisahan, aku
mencari-cari wajahmu menjadi pusat-pusat ketenangan. Aku tak pernah
ragu, kasih sayangmu bukanlah bayang-bayang.
Padamu aku menyandarkan keletihan, atas porak
porandanya perasaan. Dalam beratnya beban, aku diam. Tetapi, di raut
wajahku, engkau mampu menyelam. Di pelukmu ingin aku membenam. Aku tak
mampu melepas tangisan. Telah tunai sudah dahulu kala dalam buaian.
Kini, aku harus menerjang rintangan sendirian. Aku hanya ingin
menatapmu, Ibu. Teduh wajahmu cukup sudah memberiku kekuatan.
(2013)