Rumah adat Timor di Sumlili |
Sebenarnya,
ini kali ke dua saya menyambangi Sumlili, yang terletak di daerah Kupang Barat,
Nusa Tenggara Timur. Menyusuri daerah
ini, yang nampak hanya akan disuguhi suasana khas Pulau Timor. Rumah-rumah asli
penduduk dan kegiatan memecah batu, yang merupakan mata pencaharian sebagian
penduduknya.
Sebuah pemandangan menuju Pantai Sumlili |
Kehidupan
yang sederhana dilakoni penduduknya, seperti tak ada ujung. Apakah ada
perubahan dalam status sosial ekonomi, ataukah tidak? Potret-potret nyeri ini sepertinya sudah tak diselami lagi di
kedalaman hati mereka. Karena hidup harus berjalan, tanpa banyak keluhan.
Untuk memasuki Pantai Sumlili mobil harus melintas sungai ini. |
Truk-truk
pengangkut batu lalu lalang di jalanan terjal. Bila musim kemarau, jalanan
berdebu itu melesatkan debu-debu ke udara. Tetapi jika jalanan hujan, jalan
tersebut menjadi becek berlumpur. Untuk
sampai di pantai Sumlili, bahkan saya harus mewati sebuah jalan yang telah
berubah menjadi sungai. Beberapa orang
nampak mencuci sepeda motornya di sini.
Saya dan suami di padang rumput di Sumlili, difoto oleh Mumu |
Saya
membayangkan, seandainya Sumlili ada di Pulau Jawa, kemungkinan besar sudah menjadi salah
satu tempat wisata favorit. Hotel dan villa akan bertebaran di sini, juga kedai-kedai, restaurant dan toko-toko yang menjual aneka kerajinan. Sepanjang jalan yang
dilalui disuguhi padang-padang rumput tumbuhan khas NTT, dengan sembulan
bebatuan yang menghitam. Padang-padang rumput ini membaluti bukit-bukit, di
mana sapi-sapi asyik merumput dengan tenang.
Saya dan Mumu di padang rumput dengan pemandangan laut Sumlili. difoto oleh suamiku |
Tetapi,
dalam perjalanan semakin mendekat ke
pantai Sumlili yang ada hanyalah
sunyi. Desir angin terdengar
berderak-derak dalam sibak dedaunan dan reranting. Hanya itu. Sesekali diselingi deru suara
sepeda motor dan truk-truk . Itu pun tidak banyak.Dari
perbukitan di kejauhan nampak telihat jelas, laut Sumlili yang berwarna biru
dan biru tosca di pagi hari menawarkan kesejukan mata memandang. Begitu harmoni dengan warna-warna alam di
pebukitan.
Berjalan di Pantai Sumlili. Pasir halus bercampur aneka warna-warni bebatuan. Saya difoto oleh Mumu |
Namun
begitu senja menjelang, jika matahari akan tenggelam, pantai dan laut ini seperti lukisan yang memantulkan
warna langit dengan pendar-pendar warna yang indah dan cemerlang. Sungguh,
senja yang sangat mengagumkan.
Sumlili di senja hari. (difoto: suamiku) |
Area
pantainya cukup luas. Entah di pagi hari
atau pun sore hari, pantai Sumlili begitu nyaman ditelusuri dengan berjalan
kaki. Ada sebuah sungai yang dangkal, sekalipun di waktu hujan. Jika
kemarau tiba, sungai ini terkadang mongering. Di sinilah para penambang-penambang
batu dan pasir mendapatkan penghidupan. Semua sudah disediakan alam. Di Sumlili
yang perlu dihujamkan ke dalam diri penduduknya adalah kemauan.
Lembayung senja di Sumlili |
Negeri
ini sungguh indah. Sayang, kita bukan orang-orang yang pandai mensyukurinya
dengan cara memaksimalkan seluruh potensinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar