Minggu, 02 Februari 2014

Menyusuri Sunyi di Sumlili, Kupang Barat

 Rumah adat Timor di Sumlili

Sebenarnya, ini kali ke dua saya menyambangi Sumlili, yang terletak di daerah Kupang Barat, Nusa Tenggara Timur.  Menyusuri daerah ini, yang nampak hanya akan disuguhi suasana khas Pulau Timor. Rumah-rumah asli penduduk dan kegiatan memecah batu, yang merupakan mata pencaharian sebagian penduduknya.

Sebuah pemandangan menuju Pantai Sumlili

Kehidupan yang sederhana dilakoni penduduknya, seperti tak ada ujung. Apakah ada perubahan dalam status sosial ekonomi, ataukah tidak?  Potret-potret nyeri  ini sepertinya sudah tak diselami lagi di kedalaman hati mereka. Karena hidup harus berjalan, tanpa banyak keluhan.

Untuk memasuki Pantai Sumlili mobil harus melintas sungai ini.

Truk-truk pengangkut batu lalu lalang di jalanan terjal. Bila musim kemarau, jalanan berdebu itu melesatkan debu-debu ke udara. Tetapi jika jalanan hujan, jalan tersebut menjadi becek berlumpur.  Untuk sampai di pantai Sumlili, bahkan saya harus mewati sebuah jalan yang telah berubah menjadi sungai.  Beberapa orang nampak mencuci  sepeda motornya di sini.

Saya dan suami di padang rumput di Sumlili, difoto oleh Mumu

Saya membayangkan, seandainya Sumlili ada di Pulau Jawa, kemungkinan besar sudah menjadi salah satu tempat wisata favorit. Hotel dan villa akan bertebaran di sini, juga kedai-kedai, restaurant dan toko-toko yang menjual aneka kerajinan. Sepanjang jalan yang dilalui disuguhi padang-padang rumput tumbuhan khas NTT, dengan sembulan bebatuan yang menghitam. Padang-padang rumput ini membaluti bukit-bukit, di mana sapi-sapi asyik merumput dengan tenang.

Saya dan Mumu di padang rumput  dengan pemandangan laut Sumlili.
difoto oleh suamiku
Tetapi, dalam perjalanan  semakin mendekat ke pantai  Sumlili yang ada hanyalah sunyi.  Desir angin terdengar berderak-derak dalam sibak dedaunan dan reranting.  Hanya itu. Sesekali diselingi deru suara sepeda motor dan truk-truk . Itu pun tidak banyak.Dari perbukitan di kejauhan nampak telihat jelas, laut Sumlili yang berwarna biru dan biru tosca di pagi hari menawarkan kesejukan mata memandang.  Begitu harmoni dengan warna-warna alam di pebukitan.

Berjalan di Pantai Sumlili. Pasir halus bercampur aneka warna-warni bebatuan.
Saya difoto oleh Mumu

Namun begitu senja menjelang, jika matahari akan tenggelam, pantai  dan laut ini seperti lukisan yang memantulkan warna langit dengan pendar-pendar warna yang indah dan cemerlang. Sungguh, senja yang sangat mengagumkan.

Sumlili di senja hari. (difoto: suamiku)

Area pantainya  cukup luas. Entah di pagi hari atau pun sore hari, pantai Sumlili begitu nyaman ditelusuri dengan berjalan kaki.  Ada sebuah sungai yang  dangkal, sekalipun di waktu hujan. Jika kemarau tiba, sungai ini terkadang mongering. Di sinilah para penambang-penambang batu dan pasir mendapatkan penghidupan. Semua sudah disediakan alam. Di Sumlili yang perlu dihujamkan ke dalam diri penduduknya adalah kemauan.

Lembayung senja di Sumlili

Negeri ini sungguh indah. Sayang, kita bukan orang-orang yang pandai mensyukurinya dengan cara memaksimalkan seluruh potensinya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar