Seandainya,
ketika berjalan di padang ilalang ditemani
syair lagu Ebiet G. Ade, maka syair itu bagiku terlalu galau, “Biar kutembus padang ilalang..tak perlu kau
berlari mengejar mimpi yang tak pasti, hari ini juga mimpi, maka biarkan ia
datang dihatimu…dihatimu…” Di padang
ini, aku tak bermimpi. Karena, aku baru saja bangun tidur dan shalat subuh,
lalu pamit kepada suamiku yang tidur lagi setelah shalat, mau pergi ke padang
ilalang di tidak terlalu jauh dari
tempat tinggal kami di Kupang.
Aku
segera melarikan mobil. Kupang yang
sepi. Di hari Minggu Kupang memang sepi, karena orang-orang sebagian besar
bersiap kebaktian di gereja. Kalau
tidak, mereka sedang bersiap-siap ke gereja. Dan toko-toko umumnya tutup. Baru
nanti sore mereka akan buka kembali.
Asli ini di Kupang, walau mobilnya plat Jakarta, he..he..he.. |
Hujan
tadi malam masih menyisakan embun. Aku
segera memarkirkan mobil di tepi jalan. Berjalan sendiri di tengah padang
ilalang pasti akan terasa ganjil. Untunglah, di Kupang kulihat terlalu banyak
orang yang berjalan sendirian. Jadi
kalau aku berjalan sendirian ke mana pun di sini, bukan pemandangan yang
aneh, karena Kupang aman. Orang-orang Timor pada umumnya ramah dan berhati
lembut.
Melihat padang ilalang dari balik reranting |
Pagi
yang indah. Ceracau burung kecil di tengah padang seakan menemaniku. Apa yang
lebih mewah bagiku selain kenikmatan memandang alam ini? Aku hidup di kota besar di antara Jakarta dan
Bandung, sulit bagiku menikmati wisata belanja dan berkelindan di antara mall
dan café. Dan, inilah mall yang
sesungguhnya bagiku. Mata lepas memandang, melihat perdu-perdu, pepohonan dan
rerumputan juga serangga-serangga yang lucu.
Aku
segera menuruni lembah, lalu kembali melajukan mobilku, lalu berhenti tatkala
aku melihat sosok yang lucu di hadapanku. Seorang kakek rambutnya di cat merah bermain di depan
rumahnya, rumah adat Timor. Anjing menggong-gong hampir meruntuhkan kepercayaan
diriku. Untunglah lelaki yang tidak bisa
berbahasa Indonesia ini menenangkan peliharaannya.
Aku
terus berjalan, sampai menemukan hutan.
Tidak
jauh dari sini, aku melihat monyet beriringan.
Lucu, yaa..:) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar